Ribuan orang dari 95 negara ambil bagian dalam aksi global serentak #riseforclimate pada tanggal 8 September 2018. Tak kurang dari 250.000 yang berasal dari 7 benua—ya, termasuk Antartika—menyerukan satu pesan yaitu wujudkan dunia bebas energi fosil melalui transisi yang adil dan segera menuju 100% energi terbarukan.
Sejumlah organisasi dan kelompok masyarakat di Indonesia pun tak ketinggalan terlibat dalam aksi global tersebut. Lebih dari 28 aksi di 19 kota yang melibatkan 76 organisasi disatukan oleh semangat kolaborasi untuk menunjukkan bahwa kita bisa menjadi bagian dari perubahan menyelamatkan bumi. “Kita harus bisa bersatu tanpa peduli atar belakang untuk menyelamatkan bumi agar anak cucu kita bisa tinggal lebih lama” ujar Karl Joshua, perwakilan dari Temu Kebangsaan. Hal itu didukung Mieke Verawati dari Koalisi Perempuan Indonesia, “Semua manusia itu membutuhkan bumi, dan bumi ini cuma ada satu.”
Devin Maeztri, dari 350.org Indonesia dalam aksi di Jakarta yang bertema diskusi lintas iman dalam perspektif energi terbarukan menyatakan, “Aksi ini adalah langkah awal. Kita akan bersama-sama membangun bumi yang lebih baik, dan iklim yang lebih baik.”
Pada kesempatan yang sama di Jakarta, Yenny Wahid yang hadir sebagai pembicara menyambut baik aksi global serentak ini. “Gerakan yang teman-teman lakukan ini penting—dan kalau perlu menekan lebih keras lagi menekan isu ini pada pemerintah.” Andhyta F. Utami, peneliti dari Bank Dunia menyatakan hal serupa, “Aksi ini akan mengisi ruang publik akan pentingnya isu perubahan iklim dan energi terbarukan.” Pemerintah akan lebih mendengar jika pesan dalam aksi #riseforclimate ini terus didorong oleh masyarakat.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia, yang sebagian besar berasal dari penggunaan energi fosil yang berlebihan. Namun di saat yang sama, Indonesia juga memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah. Pemerintah kita perlu memikirkan lebih serius tentang hal ini, dan tak bergantung terus pada sumber energi kotor yang mencemari bumi.
Romo Andang Binawan SJ, seorang praktisi lingkungan hidup yang juga seorang rohaniawan menambahkan. “Aksi ini akan membangun kesadaran di masyarakat, bahwa bumi harus dijaga dan dirawat dengan baik.” Saat kesadaran sudah terbangun, maka akan lebih mudah bagi kita untuk mendorong penggunaan energi terbarukan lebih massif di masyarakat, tambah Romo Andang. Semangat itu juga disambut oleh kalangan ahli yang mendorong penggunaan energi terbarukan. Dinar Prasetyo, dari ENERBI (Energi Bersih Indonesia) “Kita akan terus berusaha agar secara teknis, aplikasi energi terbarukan ini lebih berkelanjutan.”
Di Indonesia, sejumlah kota yang terlibat diantaranya adalah Bali, Balikpapan, Bandung, Bengkulu, Bogor, Cilegon, Jakarta, Jember, Kotamobagu, Kudus, Malang, Mataram, Mojokerto, Pontianak, Samarinda, Semarang, Surabaya, Tangerang. dan Yogyakarta. Berikut ini ringkasan dari berbagai kota yang terlibat dalam aksi #riseforclimate
Jakarta. Bersama dengan Koalisi Perempuan Indonesia dan IESR, Balai Perempuan mengadakan diskusi yang bertema “Perempuan dan Perubahan Iklim”. Acara ini dihadiri oleh penggiat PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) di Rukun Warga 01, Matraman, Jakarta.
Selain itu, bertempat di Universitas Nasional Jakarta, juga berlangsung kuliah umum dan diskusi yang bertema Kondisi Perubahan Iklim Global. Juga diperkenalkan tentang gerakan Ecomasjid yang telah mendukung pemanfaatan sejumlah energi terbarukan di sejumlah masjid di Indonesia.
Jember. Bersamaan dengan penerimaan mahasiswa baru di Universitas Negeri Jember, tak kurang dari 350 orang terlibat dalam acara diskusi dan kegiatan seni membuat poster bertema perubahan iklim.
Bandung. Sejumlah organisasi di Bandung, menyelenggarakan acara nonton bareng bersama puluhan siswa SMA (Sekolah Menengah Atas). Acara itu kemudian dilanjutkan dengan kegiatan mewarnai spanduk besar, yang berasal dari seni cukil kayu dari seniman kelompok Taring Padi.
Cilegon. Di kota yang banyak terdapat industri skala menengah dan besar ini. acara diskusi santai bertema energi terbarukan dilakukan oleh penggiat lingkungan di sana. Aksi juga dilanjutkan dengan foto bersama untuk menunjukkan solidaritas pada aksi global serentak #riseforclimate
Bengkulu. Belasan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) bersama Yayasan Kanopi di kota Bengkulu terlibat dalam rangkaian aksi sejak pagi hari. Dimulai dengan acara nonton bersama di masing-masing kampus, aksi ini dilanjutkan dengan diskusi umum menghadirkan tema perjuangan melawan industri energi kotor yang ada dikenal dengan Bumi Rafflesia ini. Mereka menyerukan penolakan pada pembangunan PLTU batubara yang mengancam lingkungan di Teluk Sepang.
Samarinda. Selama 3 hari sebelumnya, Publish What You Pay Indonesia yang berkolaborasi bersama Jaringan Tambang Kalimantan Timur dan Kelompok Kerja 30 (Pokja 30) mengadakan kemah bersama di dekat Desa Mulawarman, bekas lokasi tambang yang menimbulkan dampak lingkungan di sana. Kemah ini mengundang perwakilan anak muda dari seluruh Indonesia untuk mengenal lebih dekat poda dampak merusak industri energi fosil dan berusaha mencari solusi lewat pengembangan energi terbarukan.
Kotamobagu. Di kota ini, pemerintah daerah juga dilibatkan dalam diskusi yang bertema tentang bagaimana komitmen tentang perubahan iklim bisa benar-benar dijalankan. Selain itu juga dibahas tentang bagaimana pemanfaatan energi bersih akan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bali. Bertempat di Taman Kota Tabanan, Koalisi Perempuan Indonesia menggandeng penggiat Balai Perempuan di sana untuk melakukan aksi nonton bersama dan diskusi.
Pontianak, Malang dan Yogyakarta, bersama dengan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Aisyiyah diadakan rangkaian diskusi, kuliah umum dan foto bersama dengan menggunakan banner #riseforclimate. Aksi di 3 kota ini juga mendukung semangat dari perwakilan agama sebagai elemen penting dalam gerakan perubahan iklim. Di Pontianak, bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Pontianak, di Malang menggandeng Universitas Muhammadiyah Malang. Sementara di Yogya, berkolaborasi dengan Gerakan Shodaqoh Sampah Bantul.
Yogya. Ada rangkaian aksi seru yang terjadi di kota ini. Melibatkan banyak elemen mahasiswa dan organsisasi, aksi di kota ini diwarnai dengan kegiatan seni yang begitu kenal. Ada aksi pembuatan mural, yang menghiasi sejumlah titik di kota pelajar ini. Selain itu, Yogya yang dikenal sebagai kota sepeda, memanfaatkan keunikannya dengan acara “Bike for Climate” yang dimulai dari Titik O KM dan berakhir di alun-alun Keraton Yogyakarta.
Surabaya. Di kota ini dilakukan diskusi bersama mahasiswa bertema perubahan iklim. Setelah acara diskusi, aksi juga dilanjutkan dengan kegiatan keliling kota dengan menggunakan bus, yang ongkosnya dibayar dengan sampah plastik. Semangat daur ulang, menjadi tema yang menginspirasi dalam acara di kota ini.
Malang. Bertempat di Green Mommy Shop, acara diskusi bertema “Fossil Free Start From Home” ini menghadirkan keunikan. Sebab di sana dapat dilihat sejumlah aplikasi dari energi terbarukan seperti panel surya dan perangkat mikro hidro sebagai penghasil energi bagi kehidupan sehari-hari. Di sana, pemanfaatan energi bersih ini sudah dijalankan selama 5 tahun, bebas dari energi fosil.
Komunitas Earth Hour Indonesia, yang juga menggandeng World Wild Life (WWF) Indonesia juga mengadakan serangkaian aksi berupa kegiatan penyebaran informasi, pembersihan sampah dan pengenalan aksi di sejumlah kota termasuk Samarinda, Pontianak, Tangerang, Malang, Bogor, Balikpapan, Mataram.
Rangkaian aksi #riseforclimate di atas menunjukkan bahwa kolaborasi akan mampu menyuarakan pesan perubahan untuk Indonesia yang lebih baik, lebih kuat dan lebih keras.
Mari teruskan semangat ini dan jadilah bagian perubahan untuk mewujudkan transisi 100% energi terbarukan di lingkunganmu. Mau tahu caranya? Gabung dalam gerakan #bebasenergifosil di fossilfree.id